Minggu, 07 Oktober 2012

Cerita 17 Tahun Lalu - Aku dan Oppung Doli -

Saat aku masih kecil, sekitar usia 4 tahun, kami tinggal di rumah oppung di Pematangsiantar, tepatnya di BDB, depan pabrik STTC (Sumatra Tobacco Trading Company). Terkadang di pagi hari aku dibawa oppung doli jalan pagi keliling kompleks tempat tinggal. Biasanya kalau sudah nyampe di halte yang dibuat oleh pabrik STTC, kami beristirahat. Oppung biasanya melihat-lihat ke dalam pabrik, karena memang tembok pembatas pabrik tersebut tidak cukup tinggi untuk ukuran orang dewasa. Dan terkadang oppung menawarkan pundak nya untuk ku agar aku juga bisa ikut melongok ke dalam. Pabrik itu cukup besar, ya, yang bisa terlihat hanyalah gudang-gudang dan beberapa pekerja yang mungkin bekerja di shift malam.  
Kedua orang tuaku adalah pengabdi pendidikan, yang berusaha mencerdaskan anak-anak bangsa ini, sehingga di pagi hari tidak ada yang akan menjaga kami, aku dan adik ku. Ya aku dan adikku dibawa ke pajak (pasar) oleh oppungku. Pagi-pagi sekitar jam 7 kami sudah harus buka kios. Memajang barang-barang dagangan yang kebanyakannya adalah tikar, sapu, dan kompor masak. Sebagai seorang anak kecil saat itu tak banyak yang bisa ku lakukan untuk membantu, kecuali malah menyusahkan saja.


Di tempat ini banyak juga anak-anak seumuranku yang orangtuanya berdagang. Aku tidak bisa mengingat bagaimana kami bisa berkenalan dan menjadi teman sepermainan, namun yang pasti kami membentuk semacam geng dimana akulah menjadi ketuanya. Setiap sudut pasar telah aku jalani. Setiap anak seumuranku yang juga "hidup" di sana telah aku kenal pada saat itu. Hampir sama seperti ideologis kerajaan dulu-dulu, kami juga punya ideologi dalam geng kami, dimana geng paling banyak anggotanya adalah yang paling kuat. Terkadang perkelahian antar ketua kelompok geng juga tidak terelakkan demi menjaga "wilayahnya". Ya, itulah sebabnya terkadang aku melapor ke oppung bahwa darah yang keluar dari hidungku dikarenakan aku jatuh di WC umum. Hampir sebagian besar kegiatanku di pasar adalah "patroli" di wilayah kerajaan kami. Istilah orang batak "mangadangi" itulah kira-kira. Siang harinya, jam pulang sekolah, ibu akan menjemput kami 
Sore harinya oppung pulang dari pajak dan selalu tidak lupa membawa sesuatu untuk kami cucunya. Biasanya oppung bawa permen Polo atau sejenisnya. Pernah juga bawa mainan kalau dagangannya hari itu laris manis.
Di mataku, oppung doli merupakan sosok ayah, kakek, pemimpin dan sahabat yang sangat luar biasa. Beliau juga cukup dihormati dikalangan keluarga maupun orang-orang sekitar. Ku rasa tak ada yang tak mengenal sosok beliau di kompleks tempat kami tinggal. 
Sebelas tahun yang lalu beliau meninggal dan kini telah beristirahat di sisi-Nya. Semoga engkau beristirahat dalam ketenangan dan kedamaian di sana Oppung Doli ku tercinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar